Senin, 22 November 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

CRONIC KIONEY DESEASE

I. Pengertian

Gagal ginjal kronis adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus (Corwin,2001)

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50ml/min (Suyono, et.al, 2001)

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzert Bare, 2001)

II. Etiologi

Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :

1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)

2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)

3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renal)

4. Gangguan renal penyambung (SLE, poli arteriis nodusa, sklerosis sistemik)

5. Penyakit congenital dan herediter (penyakit ginjal poli kistik, asidosis tubulus ginjal)

6. Penyakit metabolic (DM, Gout, Hiperparatiroidisme)

7. Nefropatik toksik

8. Nefropatik obstruktif (batu saluran kemih). (Price & wilsen, 1994)

III. Tanda dan Gejala

1. Kardiovaskuler : hipertensi, gagal jantung kongesif, edema, perikarditis, anemia, uremia, perdarahan.

2. Hematologik : anemia, gangguan fungsi trombosit dan leukosit.

3. Gastro intestinal : konstipasi, perdarahan saluran cerna, mual, muntah, anorexia, gastritis.

4. Respirasi : kusmaul, edema paru.

5. Muskuluskeletal : kekuatan otot hilang, kram otot, kelemahan pada tangkai fraktur tulang.

6. Neurologi : kelemahan dan keletihan, tidak mampu konsentrasi, kejang, perubahan tingkat kesadaran (konvulsi).

7. Integumen : pucat/kekuningan, gatal, kulit kering bersisik, ekimosis.

Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada GFR yang tersisa dan mencakup:

1. Penurunan cadangan ginjal :

yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal) tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. nefron yang sehat mengkonpensasi nefron yang sudah rusak dan penurunan kemampuan konsentrasi urin.

2. Insufisien ginjal:

terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal. nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima.

3. Gagal ginjal yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.

4. Penyakit gagal ginjal stadium akhir

IV. Komplikasi

1. Anemia

2. Gagal jantung kongesti

3. Infeksi

4. Keracunan obat

5. Asidosis metabolic

6. Edema paru

V. Pemeriksaan Penunjang

1) Urine : volume, warna, sedimen, berat jenis, kreatinin, protein.

2) Darah : BUN/kreatinin, hitung darah lengkap, sel darah merah, natrium, serum, kalium, magnesium fosfat, protein, osmolaritas serum.

3) Pielografi intravena : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

Pielografi retrograde : dilakukan bila dicurigai ada destruksi yang reversible.

Arteriogran ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler massa.

4) Sistouretrogram berkemih : menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk kedalam ureter, retensi.

5) Ultrasonoginjal : menunjukkan ukuran kandung kemih, adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.

6) Biopsi ginjal : mnentukan sel jaringan untuk diagnosis histology.

7) Endoskopi ginjal nefroskopi: dilakukan untuk menentukkan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria.

8) EKG : mungkin abnormal, menunjukkan ketidaseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.

VI. Penatalaksanaan

1) Dialisis : dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius.

2) Penanganan hiperkalemia

3) mMempertahankan keseimbangan cairan

4) Obat-obatan : diuretic untuk meningkatkan urinasi

5) Transplantasi ginjal

VII. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data umum : berdasarkan umum, gaya hidup

b. Keluhan utama : Anuria

c. Riwayat penyakit sekarang

d. Riwayat penyakit dahulu : hipertensi, DM

e. Riwayat penyakit keluarga : hiepertensi , DM

f. Pemeriksaan fisik :

a) Breath : pernapasan kusmaul, batuk dengan atau tanpa sputumyang kental.

b) Blood : hipertensi, palpitasi, nadilemah dan halus, anemia, demam.

c) Brain : sakit kepala, penglihatan kabur, kesemutan pada kaki.

d) Bladder : oliguri/anuria, poliuria, perubahan warna urine.

e) Bowel : konstipasi, BB meningkat/menurun, anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah.

f) Bone : kelemahan, keletihan, malaise, penurunan rentang gerak.

g) Integumen : edema, pruritis

2. Diagnosa keperawatan

1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, retensi cairan dan natrium.

2. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein, peningkatan metabolism, anoreksia, mual, muntah.

3. Rsti kerusakan intergritas kulit b.d gangguan status metabolit, edema kulit kering, pruritis.

3. Perencanaan

Dx 1.

Tujuan : klien menunjukkan pengeluaran urintepat seimbang dengan pemasukan.

Kriteria Hasil :

a. Hasil laboratorium mendekati normal

b. BB stabil

c. Tanda vital dalam batas normal

d. Tidak ada edema

Intervensi :

1. Monitor denyut jantung, TD

2. Catat intake dan output cairan

3. Awasi BJ uurine

4. Batasi masukan cairan

5. Monitor rehidrasi cairan dan berikan minuman bervariasi.

6. Timbang BB tiap hari

Dx 2.

Tujuan : mempertahankan status nutrisi adekuat

Kriteria Hasil : 1. BB stabil

2. Tidak ditemukan edema, albumin dalam batas normal.

Intervensi :

1. Kaji status nutrisi

2. Kaji/catat pola dan pemasukkn diet

3. Kaji faktor yang berperan merubah masukkan nutrisi : mual

4. Berikan makanan sedikit tapi sering

5. Lakukan perawatan mulut sering dang sebelum makan.

6. Timbang berat badan bila diindikasikan.

Dx 3.

Tujuan : tidak terjadi kerusakan kulit

Kriteria Hasil : kulit hangat, turgor baik, utuh, tidak ada lesi.

Intervensi :

1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vasikuler.

2. Pantau intake dan output cairan, hidrasi kulit dan membrane mukosa.

3. Jaga kulit tetap kering dan bersih

4. Ubah posisi tidur & sering, beri bantalan pada penonjolan tulang.

5. Beri perawatan kulit, batasi sabun, olesi lotion

6. pertahankan linen kering dan kejang.

WOC

penurunan fungsi ginjal kerusakan nefron etiologi

GFR menurun Penimbunan cairan edema resti kelebihan

dan elektrolit volume cairan

Ereksi sisa metabolik↑ Uremia asidosis

Hematologi Brain Bowel Integumen

Gangguan fungsi Enshepalopati Anorexia Pruritis

trombosit, leukosit,

eritrosit


Penurunan produksi Resiko cedera Resti perubahan Resti kerusakan

eritropoitin nutrisi integritas kulit


Infeksi Anemia Perdarahan

Resti penurunan curah jantung

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin, E. . J. 2001. Handbook Of Pathophysiology : Jakarta : EGC

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2000. Brunner and Suddarth’s Texbook Of

Medical. Surgical Nursing. Jakarta : EGC

Suyono, S, et.al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar